Selasa, 4 November 2008 | 17:38 WIB
JAKARTA, SELASA - Pemerintah Indonesia melalui Departemen Pertanian saat ini sedang membidik pasar buah manggis di Australia guna meningkatkan ekspor komoditas hortikultura nasional tersebut.
Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Deptan Zaenal Bachurddin dalam makalahnya pada workshop Pengembangan Agroindustri Manggis di Universitas Padjadjaran, Bandung, Selasa (4/11) mengatakan, pada 2007 ekspor manggis Indonesia mencapai 9.093 ton atau 15 persen dari produksi nasional dengan nilai 4,95 juta dollar AS.
Pasar ekspor utama manggis Indonesia, katanya dalam sambutan yang dibacakan Direktur Pemasaran Internasional Ditjen P2HP, Suryadi Abdul Munir, yakni Hong Kong, China, Singapura, Malaysia, dan Timur Tengah. "Saat ini sedang dibahas protokol karantina manggis antara Deptan RI dengan Departemen Pertanian Australia," katanya.
Menurut dia, saat ini pasar manggis di Australia masih banyak dipasok dari Thailand, Malaysia, dan Philipina. Alasannya, produksi dari dalam negeri hanya 300 ton per tahun.
Target pasar terbesar komoditas manggis di negara tersebut terutama etnis Asia di Sidney dan Melbourne yang mengkonsumsi buah manggis segar dan menyukai yang berukuran besar. Sementara, harga manggis di Sidney yakni 60-70 dollar Australia per tray atau sekitar 20-30 buah.
"Hal yang perlu dipertimbangkan adalah persyaratan mutu dan SPS (sanitary and phitosanitary) yang ketat bagi buah Indonesia," katanya.
Sementara itu, Menteri Pertanian Anton Apriyantono mengatakan, secara ekonomis buah manggis belum dapat dimanfaatkan secara optimal di Indonesia. Padahal, potensi ekonominya sangat tinggi.
Dalam sambutan yang dibacakan Dirjen Hortikultura Ahmad Dimyati, disebutkan di Amerika Serikat buah manggis tidak hanya dimanfaatkan sebagai konsumsi buah segar. Dengan pengembangan teknologi, katanya, mereka dapat memanfaatkan ekstrak cangkang buah manggis sebagai bahan baku kosmetik dan vitamin. "Nilai ekonomis hasil olahan ini justru lebih tinggi daripada nilai ekonomis buah segarnya," katanya.
Sementara, di RRC, Taiwan, maupun Singapura permintaan terhadap buah manggis sangat tinggi untuk konsumsi sebagai buah yang bernilai tinggi dan diolah bagi kepentingan industri.
Data Departemen Pertanian menunjukkan produksi manggis Indonesia pada 2005 mencapai 62.711 ton dengan luas panen 10.000 hektare. Sedangkan, Thailand pada 2000 mampu memproduksi manggis 162.788 ton dengan luas panen yang sama, senilai lebih dari 5 juta dollar AS.
Untuk meningkatkan nilai tambah ekspor manggis, ke depan diharapkan, buah itu diekspor dalam bentuk segar namun dengan sentuhan teknologi pascapanen yang baik.
Selain itu, bagian kulit cangkang buah manggis diolah menjadi ekstrak bahan farmasi dan zat pewarna atau dikeringkan untuk dibuat tepung dan diolah sebagai bahan baku obat-obatan. Sedangkan, daging buah manggis diolah menjadi sirup, koktail, jus, dan agar-agar.
Jumat, 29 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar