“Dulu, saat waktu petani habis untuk beraktivitas di sawah atau kebun, saya sudah membawa bibit manggis dengan sepeda motor untuk ditanam di kebun. Dalam sehari saya membawa 10 bibit,” kisah pembudidayamanggis di Nagari Ranah Pantai Cermin, Kecamatan Sangir Batang Hari, Solok Selatan, Arman Zebua.
“Tujuan saya membawa bibit manggis dengan sepeda motor, agar warga yang bertemu saya timbul rasa ingin tahu dan kemudian tertular virus menanam manggis meskipun hanya sebatang dua batang,” imbuhnya.
Pilihan membudidayakan manggis timbul sekitar tahun 2003 lalu. Ide membudidayakan manggis karena banyak lahan tidur dan perbukitan yang bertanah labil di RPC yang rawan bencana alam. Ia mencoba mengajak segenap warga RPC untuk menanam manggis di setiap rapat di tingkat nagari (desa) dan masjid. Tapi ajakan itu tidak mendapat respon positif dari masyarakat. Kemudian terpetik dipikirannya untuk memberi contoh nyata, yakni dengan langsung menanam.Selain prospek ekonomi (manggis memiliki harga yang stabil setiap tahunnya) tujuan Arman menanam ratu buah (queen of fruit) adalah untuk menjaga perbukitan yang berada di nagarinya dari bencana alam seperti longsor atau banjir. “Tanah perbukitan di nagari (desa) kami sangat labil dan rawan longsor, dengan ditanami manggis setidaknya bencana alam seperti longsor dan banjir bisa diminimalisir,” jelas bapak enam anak ini.
Manggis yang memiliki bahasa latin garcinia mangostana linn termasuk tanaman tua yang memiliki akar tunggang yang kuat. Buahnya merupakan komoditi ekspor ke negara Asia, seperti Malaysia, Thailand, Singapura, Jepang, bahkan sampai ke Amerika dan Eropa.
Selain memiliki rasa buah yang khas, asam-asam manis, buah manggis mengandung xanthone yang merupakan anti oksidan yang sangat tinggi yaitu sekitar 17.000-20.000 orac per 100 ons yang setara dengan 66,7 kali anti oksidan wortel dan 8,3 kali anti oksidan jeruk, dimana antioksidan pada buah.
Sementara kulit manggis ini sangat bermanfaat untuk menetralkan radikal bebas penyebab penyakit degeneratif seperti jantung, stroke dan kanker.
Kulit manggis juga bisa digunakan untuk pewarna. Pohon manggis mulai berbuah pada umur 5-6 tahun dan dalam setahun mampu berbuah dua kali. Dalam satu batang pohon manggis bisa berproduksi mencapai 500 kilogram.
Arman mengakui, awal menanam manggis adalah sebuah perjuangan yang berat. Setiap ia membawa bibit manggis ke kebun atau mengajak masyarakat secara terang-terangan untuk menanam manggis, cemoohan (ejekan) yang selalu ia peroleh. Tapi ejekan itu dijadikannya sebagai cambuk dan semangat untuk membuktikan bahwa upaya yang ia lakukan bukanlah untuk dirinya, tapi untuk nagarinya.“Semua saya lalui sabar. Saya juga menyadari karena waktu itu sedang booming-booming-nya tanam pohon karet yang tentunya prospeknya lebih cerah, sementara saya mencoba melawan arus dengan menanam manggis,” ungkapnya.
Sekarang Arman sudah memiliki kebun manggis seluas 8,8 hektare yang terletak sekitar dua kilometer dari rumahnya. Ia adalah petani pertama di Solok Selatan yang membudidayakan manggis.
Dari data Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan (Dipertanakkan) Solok Selatan sampai saat ini luas kebun manggis di Solok Selatan mencapai 155 hektar yang terpusat di RPC. Tiga kebun, termasuk kebun Arman, dengan luas 30 hektare yang berada di RPC sudah diregistrasi Departemen Pertanian RI.
Sekitar bulan Oktober-November 2009 lalu, hasil perkebunan manggis di RPC sudah menjual sebanyak 5 ton ke seorang eksportir di Jakarta. Langkah awal ini merupakan sebuah peluang untuk meningkatkan ekonomi masyarakat petani.
Usaha yang Arman perjuangkan selama lebih kurang enam tahun sudah membuahkan hasil, bukan karena menularkan menanam manggis ke masyarakat nagari RPC tapi cita-cita mulia melindungi nagarinya dari bahaya bencana alam mendapat respon positif oleh masyarakat. Selain itu, sekitar tiga bulan yang lalu tim verifikasi penilai Kalpataru Provinsi Sumbar melakukan penilai kepada dirinya sebagai kandidat peraih Kalpataru tahun 2010.
Kendati upayanya untuk ‘meracuni’ masyarakat RPC dan sekitarnya sudah berbuah hasil, namun ia belum puas jika belum meracuni masyarakat dunia. Virus ajakan menanam manggis ini juga ia sebar melalui blog-nya budidayamanggis.blogspot.com.
Sementara Bupati Solok Selatan, Drs. Syafrizal J, M.Si, menyatakan akan menjadikan Solok Selatan sebagai pusat manggis di Sumatra Barat.
Upaya ini akan ditindaklanjuti oleh Dipertanakkan Solok Selatan dengan melakukan penyuluhan yang intensif dan memberikan bantuan bibit. Setidaknya Dipertanakkan dan Kantor Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Solsel di tahun 2009 telah menyalurkan bantuan bibit manggis sebanyak 350 batang.
“Tentunya upaya kita ini tak lepas juga dari kerja keras petani yang tergabung di kelompok tani. Pemerintah hanya memfasilitasi dan membina, selebihnya adalah kerja keras petani agar tujuan ini bisa tercapai,” katanya. “Tujuan ini tak lain adalah meningkatkan ekonomi masyarakat,” pungkasnya.
Kata Bupati Syafrizal, selain terkenal dengan julukan Nagari Seribu Rumah Gadang, ‘Kota Manggis’ juga akan disiapkan menjadi ikon Solok Selatan lainnya. (Nugroho/Antara-sumbar)
Jumat, 29 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar